Jumat, 21 September 2012

TEMPAT WISATA DI KOTA MANADO

TEMPAT WISATA YANG ADA DI KOTA MANADO DAN DI MINAHASA
 












1. Taman Laut Bunaken

    Taman Laut Bunaken memiliki potensi pariwisata yang spesifik, seperti potensi biologis daratan yang kaya dengan berbagai jenis flora dan fauna spesifik, habitat mangrove dan padang lamun, habitat pantai pasir dengan pantai pasir putihnya, habitat terumbu karang yang dihuni lebih dari 2.000 jenis ikan seperti ikan napoleon dan jenis ikan purba yakni ikan raja laut (coellacanth), dan habitat laut dalam. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan ditempat ini antara lain menikmati taman laut dengan cara sigtseeing (berkeliling) naik perahu berkaca (katamaran), snorkeling (berenang memakai alat pernapasan), diving (menyelam), photography underwater (foto bawah laut), sunbathing (mandi matahari),  dan tamasya pantai. Fasilitas yang tersedia ditempat ini, yaitu perahu berkaca, diving center, cottage (penginapan), rumah makan, dan pendopo dengan kios cenderamatan. Lokasinya berada di Kelurahan Bunaken Kecamatan Bunaken sekitar 7 mil dari Pelabuhan Manado yang dapat ditempuh selama 35 menit dengan menggunakan transportasi laut.

2. Pulau Manado Tua

   Pulau Manado Tua selain mempunyai keindahan alam juga memiliki sejarah yang berkaitan dengan Suku Bawontehu yang pernah ada pada tahun 1512 sejak kedatangan bangsa Portugis di Wilayah Laut Sulawesi. Disamping potensi pantai dan laut, potensi lainnya yang dimiliki pulau ini, yaitu Hutan Lindung, Kubur Raja Mokodokek, Raja Kokodompis, Raja Wulangkalangi, Pantai Raja (Apeng Datu) bekas Istana Raja Manakalangi, Pantai Istana Wakil Raja (Apeng Gugu), Pantai Apeng Salah, Batu Layar (Batu Senggo), Batu Kadera, Batu tempat istirahat (Pangilolong), dan Bua alo yang sekarang menjadi Ibu Kota Kelurahan Manado Tua Dua yakni Bualo. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan ditempat ini antara lain menikmati taman laut dengan cara sigtseeing (berkeliling) naik perahu berkaca (katamaran), snorkeling (berenang memakai alat pernapasan), diving (menyelam), photography underwater (foto bawah laut), rekreasi air seperti olah raga air dengan cara boat sailing (berperahu layar), ski dan jet ski; menikmati pemandangan dan panorama alam dengan cara sunbathing (mandi matahari), tamasya pantai, jogging (lari pagi/sore), bersepeda santai dan sepeda gunung, hiking (lintas alam), berkemah, menikmati sunset dan mengenal sejarah Suku Bawontehu. Fasilitas yang tersedia di pulau ini, yaitu penginapan rakyat (home stay). Lokasinya berada dalam batasan Teluk Manado di Kecamatan Bunaken yang dapat ditempuh selama 60 menit dari Pelabuhan Manado dengan menggunakan transportasi laut.

3. Pulau Siladen

   Memiliki potensi pariwisata yang spesifik seperti yang dimiliki taman laut Bunaken dan merupakan tempat wisata alternatif. Kelebihan pulau ini yaitu dikelilingi pantai pasir putih. Keindahan taman laut di pulau ini dapat dilihat pada lokasi yang disebut dengan Siladen 1 dan 2. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan ditempat ini antara lain menikmati taman laut dengan cara sigtseeing (berkeliling) naik perahu berkaca (katamaran), snorkeling (berenang memakai alat pernapasan), diving (menyelam), photography underwater (foto bawah laut), sunbathing (mandi matahari),  dan tamasya pantai.
Nature Beauty and Tranquility. Fasilitas yang tersedia ditempat ini, yaitu perahu berkaca (katamaran), diving center, cottage (penginapan), dan cafe. Lokasinya berada di sebelah timur laut pulau Bunaken dan dapat ditempuh selama 45 menit dari Pelabuhan Manado dengan menggunakan transportasi laut.

4. Gunung Tumpa

   Gunung Tumpa memiliki pemandangan alam yang asri karena dikelilingi pepohonan yang menghijau dan perkebunan kelapa rakyat, juga telah dibangun suatu tempat yang dinamakan Bukit Doa. Dari atas puncak gunungnya yang berketinggian sekitar 750 meter diatas permukaan laut, dapat melihat pemandangan kota Manado secara keseluruhan dan juga pulau Manado Tua, Bunaken, Siladen, Mantehage serta Nain.

   "WISATA GUNUNG"

   Tempat ini adalah kawasan hutan lindung wilayah konservasi Kota Manado dan sangat cocok sebagai tempat menikmati matahari terbit (sunrise) maupun matahari terbenam (sunset) serta panorama bulan purnama (fool moon).  Kondisi jalannya cukup berbahaya karena tanjakan yang tinggi dan lembah-lembah gunung yang curam namun sangat baik untuk dinikmati oleh wisatawan. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan ditempat ini, antara lain menikmati keindahan alam dan menikmati buah kelapa serta ziarah di bukit doa. Fasilitas yang tersedia ditempat ini, yaitu Taman Mambre Green Hills.

Lokasinya berada di Kelurahan Tongkaina Kecamatan Bunaken yang dapat ditempuh selama 45 menit dari pusat Kota Manado dengan menggunakan transportasi darat.

1. Air Terjun Kima Atas

   Air Terjun Kima Atas memiliki lingkungan yang alami.  Atmosfir di sekitarnya dengan vegetasi alami memberikan kesan sejuk dan otentik. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan di tempat ini, antara lain menikmati keindahan alam dan tamasya/rekreasi pemandian air terjun. Lokasinya berada di Kelurahan Kima Atas Kecamatan Mapanget yang dapat ditempuh selama 50 menit dari pusat Kota Manado dengan menggunakan transportasi darat.

2. Pantai Malalayang Dua

   Pantai Malalayang Dua kaya akan view yang atraktif yakni view kota Manado dan view terbuka menghadap pulau Manado Tua dengan beberapa spot yang cukup manarik untuk aktivitas snorkeling.  Kondisi pantainya terdapat banyak bebatuan dan pasir dengan tekstur yang cukup besar dan kasar yang berpotensi sebagai Natural Healing Beach atau penyembuhan alami dalam bentuk akupuntur. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan ditempat ini, antara lain pemandian pantai, tamasya dan rekreasi pantai serta menikmati keindahan alam/lingkungan. Fasilitas yang tersedia ditempat ini, yaitu tempat bilas dan warung jajanan khas Manado. Lokasinya berada di Kelurahan Malalayang Dua Kecamatan Malalayang yang dapat ditempuh selama 30 menit dari pusat kota Manado dengan menggunakan trasportasi darat.

  "WISATA BUATAN"

1. Museum

   Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara.

   Bangunan bergaya tradisional Kota Manado ini dibangun pada tahun 1974 sampai dengan 1975. Koleksi yang terdapat di Museum ini antara lain geologika, biologika, etnografika, arkeologika, historika, numismatika/heraldika, keramologika, filologika, seni rupa dan teknologika. Di Museum ini juga terdapat peninggalan Megalit yaitu waruga yang merupakan wadah kubur yang terbuat dari batu monolith. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan ditempat ini, antara lain melihat dan mengenal tata cara hidup suatu masyarakat. Terletak di Kelurahan Lawangirung Kecamatan Wenang yang dapat ditempuh selama 20 menit dari pusat Kota Manado dengan menggunakan transportasi darat.

   Museum Perjuangan TNI Angkatan Darat

   Didalam museum ini tersimpan dan dikoleksi berbagai jenis persenjataan tempur milik TNI Angkatan Darat yang tidak dipakai dan berbagai jenis persenjataan tempur lainnya yang berhasil diambil dari berbagai tempat pertempuran. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan ditempat ini, antara lain melihat dan mengenal persenjataan tempur militer. Terletak di Kelurahan Sario Tumpaan Kecamatan Sario sekitar 25 menit dari pusat Kota Manado yang dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi darat.

  "Situs Peninggalan Sejarah Dan Purbakala"

1. Goa Jepang

   Goa Jepang tersebar dibeberapa wilayah Kota Manado, yakni Kelurahan Singkil Satu, Tanjung Batu, Titiwungen Selatan, Pakowa, Tikala Ares, dan Kairagi. Salah satu Goa Jepang yang masih terpelihara yakni yang terdapat di Jalan Lorong Bukit Kelurahan Tikala Ares Kecamatan Tikala.  Goa ini memiliki 2 pintu masuk dan menyerupai terowongan dan berdinding beton. Lebar terowongan tersebut ± 2 Meter dan panjang ± 10 Meter. Didalam goa Jepang ini terdapat sebuah kamar berukuran kecil dan sebuah meja yang terbuat dari batu. Terdapat pintu penghubung menuju terowongan yang ada disebelah. Jadi, apabila kita masuk melalui pintu yang berada disebelah kiri akan keluar pada pintu sebelah kanan dan begitu sebaliknya. Terowongan ini memiliki jalan tembus yang menghubungkan dengan jalan raya disebelah kanan goa. Jalan yang akan dilalui menuju goa tersebut agak berbukit dan diatas goa tersebut terdapat perumahan penduduk. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan ditempat ini, adalah mengetahui sejarah penjajahan Jepang di Indonesia. Goa ini dapat ditempuh sekitar 30 menit dari pusat Kota Manado dengan menggunakan angkutan darat.

2. Makam Kanjeng Ratu Sekar Kedaton

  Berada di kawasan pemakaman umat muslim di belakang gedung persekolahan Eben Haezar. Makam Kanjeng Ratu Sekar Kedaton di buat seperti rumah yang dikelilingi makam keluarga serta putranya tepat di pintu masuk. Posisinya yang strategis terletak di tengah-tengah kompleks pekuburan sehingga terlihat lebih agung dan terkesan sangat dihormati. Disekitar pekuburan terdapat pepohonan yang rindang sehingga terasa sejuk dan tenang. Kanjeng Ratu Sekar Kedaton adalah Permaisuri Sri Sultan Hamengku Buwono V yang meninggal dan dimakamkan di Manado. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan ditempat ini, adalah melihat dan mengenal sejarah Keluarga Hamengku Buwono V. Terletak di Kelurahan Mahakeret Timur Kecamatan Wenang yang dapat ditempuh selama 10 menit dari pusat Kota Manado dengan menggunakan transportasi darat.

3. Monumen Perang Dunia II

   Pada tahun 1675, Ds Mantanus, seorang pendeta dari Belanda untuk pertama kali  mengunjungi Manado dan melaporkan bahwa Manado sudah ada golongan orang kristen. Selanjutnya pada pemerintahan VOC tahun 1677 ditempatkan seorang Pendeta Belanda di Manado yang bernama Pendeta Zacharias Coners. Sebelum nama Gereja Sentrum Manado dikenal dengan nama Gereja Besar Manado. Pada masa penjajahan Jepang Gereja Besar Manado pernah menjadi Markas/Pusat MSKK (Manado Syuu Kiri Sutoktop Kyookai) yang dipimpin oleh pendeta Jepang Hamasaki. Namun, Gedung Gereja Besar Manado yang begitu sarat akan nilai historis religius ini hancur di bom pada perang dunia II atau agresi militer. Sebagai tanda atau prasasti maka didirikan monumen yang berada disebelah kiri gereja yang sudah hancur tersebut. Monumen perang dunia II ini sampai sekarang masih kokoh berdiri. Pada tahun 1952, didirikan sebuah gedung gereja permanent di lokasi yang hancur. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan ditempat ini, adalah melihat dan mengetahui sejarah Perang Dunia II di Kawasan Pacifik. Terletak di Kelurahan Lawangirung Kecamatan Wenang yang dapat ditempuh sekitar 5 menit dari Pusat Kota Manado dengan menggunakan transportasi darat.

4. Monumen Jepang

   Monumen Jepang dibangun oleh Pemerintah Kota Manado sebagai peringatan atas gugurnya Tentara Jepang (Dai Nipon) ketika mereka menjajah Indonesia. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan ditempat ini, adalah melihat dan mengetahui sejarah penjajahan Jepang atas Indonesia. Terletak di Kompleks Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kelurahan Teling Kecamatan Wanea yang dapat ditempuh selama 30 menit dari pusat Kota Manado dengan menggunakan transportasi darat.

5. Tugu Dotu Lolong Lasut

   Merupakan makam dari Dotu Lolong Lasut yang lahir pada bulan November 1450 dan meninggal pada tahun 1520. Pada nisan tugu tersebut tertulis : Dotu Lolong Lasut alias Ruruares Teterusan dan Kepala Agama Tombulu yang sudah merintis dan membangun TUMANI negeri WENANG kemudian berkembang menjadi Manado. Dotu Lolong Lasut adalah seorang tokoh perjuangan yang berhasil mengusir penjajah dari Portugis untuk menjajah Wenang pada saat itu. Oleh karena itu nama Dotu Lolong Lasut tetap dikenang sepanjang masa oleh masyarakat SULUT lebih khusus masyarakat Manado dan Minahasa. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan ditempat ini, adalah melihat dan mengenal sejarah berdirinya Kota Manado.

  "Terletak di Pusat Kota ManadO"

1. Waruga

   Waruga adalah kuburan tua orang Minahasa yang pertama mendiami kota Manado. Sangat unik, selain bentuknya serta simbol-simbol yang tergambar di waruga juga mayat yang dikuburkan ditempatkan pada posisi duduk atau ada yang berdiri. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan ditempat ini, antara lain melihat dan mengenal waruga peninggalan sejarah orang Minahasa pertama di Manado. Terletak di Kelurahan Mahakeret Barat Kecamatan Wenang sekitar 10 menit dari pusat kota Manado yang dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi darat.

2. Kuburan Belanda

   Di kuburan ini dimakamkan jasad beberapa orang bangsa Belanda yang meninggal dunia di Manado ketika mereka menduduki Indonesia. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan ditempat ini, adalah melihat dan mengetahui sejarah pendudukan Belanda di Indonesia. Terletak di Kelurahan Singkil Satu Kecamatan Singkil sekitar 20 menit dari pusat kota Manado yang dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi darat.

3. Velld Box

   Velld box ini terbuat dari bahan beton berbentuk bundar yang merupakan bekas benteng pertahanan tentara Jepang pada masa penjajahan di Indonesia. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan ditempat ini, antara lain melihat dan mengenal bekas benteng pertahanan tentara Jepang ketika menjajah Indonesia. Tersebar di beberapa wilayah kota Manado, yakni Kelurahan Kleak, Wanea, Pakowa, Tuminting, Bumi Beringin, Istiqlal, dan Titiwungen Selatan. Untuk ke lokasi Velld Box-Velld Box tersebut, dapat menggunakan transportasi darat dan jaraknya sangat dekat dengan pusat Kota Manado.

4. Meriam Kuno

   Meriam Kuno yang dipajang didepan Kantor Gubernur Provinsi Sulawesi Utara dan Markas Korem 131/Santiago merupakan benda peninggalan sejarah pendudukan dan penjajahan di Indonesia. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan ditempat ini, adalah melihat dan mengenal peninggalan sejarah. Untuk ke lokasi tersebut, dapat menggunakan transportasi darat yang dapat ditempuh sekitar 15 menit dari pusat Kota Manado.

5. Batu Sumanti

   Batu Sumanti adalah batu keramat bagi masyarakat Minahasa yang pertama mendiami kota Manado. Batu ini berdiri secara berjejer dan konon dari hari ke hari terus bertumbuh menjadi besar. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan ditempat ini, adalah melihat dan mengenal cerita rakyat yang telah menjadi legenda. Terletak di Kelurahan Tikala Ares Kecamatan Tikala sekitar 25 menit dari pusat kota Manado yang dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi darat.

6. Batu Bantik

   Batu ini menjadi tempat persembunyian para leluhur anak suku Bantik dahulu. Mereka hanya akan keluar waktu itu jika hendak berbelanja atau mencari makan berupa biji kacang hijau yang di beli dengan alat tukar berupa manik-manik yang kini sering dijadikan batu cincin. Batu Bantik merupakan batu keramat bagi anak suku Bantik dan masyarakat Kota Manado. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan ditempat ini, adalah melihat dan mengenal cerita rakyat yang telah menjadi legenda. Terletak di kompleks Perumahan Bumi Beringin Kelurahanh Bumi Beringin Kecamatan Wenang sekitar 15 menit dari pusat kota Manado yang dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi darat.

7. Batu Kuangang

  Diatas batu ini terdapat lubang-lubang kecil sebagai tempat permainan congklak bagi anak-anak. Konon lubang-lubang kecil itu dibuat oleh seorang leluhur anak suku Bantik Malalayang dengan menggunakan sikut tangannya. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan ditempat ini, adalah melihat dan mengenal cerita rakyat yang telah menjadi legenda. Terletak di Kelurahan Malalayang Satu Barat Kecamatan Malalayang sekitar 35 menit dari pusat kota Manado yang dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi darat.

8. Batu Buaya

   Batu ini bentuknya menyerupai seekor buaya namun tidak berkepala. Konon batu tersebut adalah jasad dari seorang tonaas yang kalah berkelahi ketika itu. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan ditempat ini, adalah melihat dan mengenal cerita rakyat yang telah menjadi legenda. Terletak di Kelurahan Malalayang Satu Barat Kecamatan Malalayang sekitar 30 menit dari pusat kota Manado yang dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi darat.

9. Batu Ni Yopo

   Batu Ni Yopo adalah batu keramat bagi anak suku Bantik Malalayang pada jaman dahulu, karena memiliki kekuatan supranatural. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan ditempat ini, adalah melihat dan mengenal cerita rakyat yang telah menjadi legenda. Terletak di Kelurahan Malalayang Satu Kecamatan Malalayang sekitar 30 menit dari pusat kota Manado yang dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi darat.

10. Batu Rana

  Batu Rana adalah batu keramat bagi anak suku Bantik Malalayang pada jaman dahulu, karena memiliki kekuatan supranatural. Diatas batu ini terdapat bekas tapak kaki dari seorang yang sakti ketika itu.

  "ATRAKSI BUATAN"

   Kegiatan wisata yang dapat dilakukan ditempat ini, adalah melihat dan mengenal cerita rakyat yang telah menjadi legenda. Terletak di Kelurahan Malalayang Dua Kecamatan Malalayang sekitar 35 menit dari pusat kota Manado yang dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi darat.

1. Lima Batu

   Lima Batu adalah batu keramat bagi anak suku Bantik Malalayang pada jaman dahulu, karena memiliki kekuatan supranatural. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan ditempat ini, adalah melihat dan mengenal cerita rakyat yang telah menjadi legenda. Terletak di Kelurahan Malalayang Satu Timur Kecamatan Malalayang sekitar 30 menit dari pusat kota Manado yang dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi darat.

2. Parigi Puteri

   Parigi Puteri atau Sumur Puteri, merupakan tempat mandi dari seorang puteri bernama Karema.  Konon Dia tercipta dari keringat yang keluar pada sebuah batu karang yang ketika itu tersengat matahari panas dimusim kemarau dan merupakan orang pertama yang mendiami tanah Malesung atau Minahasa. Parigi Puteri menjadi parigi keramat bagi masyarakat Sulawesi Utara khususnya masyarakat kota Manado. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan ditempat ini, adalah melihat dan mengenal cerita rakyat yang telah menjadi legenda. Terletak di kelurahan Dendengan Dalam Kecamatan Tikala sekitar 35 menit dari pusat kota Manado yang dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi darat.

3. Parigi Tujuh

   Dinamakan Parigi Tujuh karena terdapat dua sumber mata air yang masing-masing tempat memiliki 7 sumber mata air.  Mata airnya keluar dari sela-sela batu besar dan sangat bening serta tidak pernah kering sekalipun di musim kemarau. Konon pada jaman nenek moyang orang Minahasa, parigi atau sumur kecil ini menjadi tempat mandi dari 7 orang puteri yang berasal dari khayangan. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan ditempat ini, antara lain melihat dan mengenal cerita rakyat yang telah menjadi legenda. Terletak di Kelurahan Kombos Timur Kecamatan Singkil sekitar 25 menit dari pusat kota Manado yang dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi darat.

4. Gedung Bersejarah

   Rumah Sakit Belanda

   Sekolah Don Bosco milik Gereja Katolik Keuskupan Manado, dahulunya adalah Rumah Sakit yang dikelola oleh Belanda ketika mereka menduduki Indonesia. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan ditempat ini, adalah melihat dan mengetahui sejarah pendudukan Belanda di Indonesia. Terletak di Kelurahan Lawangirung Kecamatan Wenang yang dapat ditempuh selama 10 menit dari pusat Kota Manado dengan menggunakan transportasi darat.

   Markas Dan Penjara Belanda

   Rumah Sakit Robert Wolter Mongisidi milik TNI AD, dahulunya adalah Markas Dan Penjara ex Belanda ketika mereka menduduki Indonesia. Banyak pejuang asal Sulawesi Utara yang ditahan bahkan gugur ditempat ini. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan ditempat ini, adalah melihat dan mengetahui sejarah pendudukan Belanda di Manado dan sejarah perlawanan rakyat Sulawesi Utara terhadap Belanda ketika itu. Terletak di Kelurahan Teling Atas Kecamatan Wanea yang dapat ditempuh selama 25 menit dari pusat Kota Manado dengan menggunakan transportasi darat.

   Minahasa Raad (Gedung Dewan Minahasa)

   Bangunan lama milik Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara yang terletak di Jalan Sam Ratulangi depan Gedung Bank Sulut, dahulunya adalah Gedung Dewan Minahasa (Minahasa Raad) pada jaman pendudukan Belanda di Manado atau Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sekarang. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan ditempat ini, adalah melihat dan mengetahui sejarah Pemerintahan Kota Manado. Terletak di Kelurahan Wenang Utara Kecamatan Wenang (Pusat Kota Manado) berdekatan dengan Zero Point.

   Oude Kerk

   Gereja Sentrum milik umat GMIM ini dahulunya adalah Oude Kerk (Gereja Tua) Bangsa Belanda yang ketika itu menduduki Indonesia. Pada masa penjajahan Jepang menjadi Markas/Pusat MSKK (Manado Syuu Kiri Sutoktop Kyookai) yang dipimpin oleh pendeta Jepang Hamasaki. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan ditempat ini, adalah melihat dan mengenal sejarah pendudukan Belanda dan penjajahan Jepang di Indonesia. Terletak di Kelurahan Lawangirung Kecamatan Wenang yang dapat ditempuh selama 5 menit dari pusat Kota Manado dengan menggunakan transportasi darat.

   Klenteng Ban Hin Kiong

   Tempat ini merupakan pusat bagi umat Budha untuk beribadah. Bila sedang berada di Manado pada saat dua minggu setelah bulan kamariah, maka kita akan menyaksikan Parade Tradisional Cina yang menampilkan berbagai macam atraksi keagamaan umat Budha. Pada setiap tahun sejak awal abad XIX di Klenteng Ban Hin Kiong diadakan upacara adat oleh penganut aliran Kong Hu Chu yang disebut Toa Pe Kong atau Cap Go Meh. Dalam upacara ini dimeriahkan dengan atraksi yang dinamai Ince Pia, yakni seseorang yang memotong-motong badan dan mengiris lidahnya dengan sebilah pedang tajam serta menusuk pipinya dengan jarum besar yang tajam; akan tetapi tidak terluka sedikitpun. Dalam Upacara ini juga ditampilkan atraksi kuda Locia dan pikulan-pikulan serta Mobil hias yang diiringi kelompok musik bambu. Upacara ini diikuti oleh seluruh penganut Kong Hu Chu yang ada di Kota Manado dan sekitarnya. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan ditempat ini, adalah melihat dan mengenal tata cara hidup masyarakat etnis Tiong Hoa di Manado. Terletak di Kelurahan Calaca Kecamatan Wenang yang dapat ditempuh sekitar 10 menit dari pusat Kota Manado dengan menggunakan transportasi darat.

  "Seni Budaya"

1. Gedung Kesenian Pingkan Matindas

   Gedung ini dibangun oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara sebagai pusat pertunjukan seni budaya daerah Sulawesi Utara. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan ditempat ini, adalah menyaksikan dan menikmati seni budaya daerah Sulawesi Utara. Terletak di Kelurahan Sario Utara yang dapat ditempuh selama 25 menit dari pusat Kota Manado dengan menggunakan transportasi darat.

2. Taman Budaya

   Tempat ini merupakan laboratorium dan bengkel seni budaya daerah Sulawesi Utara dan daerah lainnya di Indonesia. Disini sering digelar pagelaran, pameran, dan pelatihan seni budaya. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan ditempat ini, adalah melihat, mengenal, dan menikmati seni budaya daerah Sulawesi Utara. Terletak di Kelurahan Wanea Kecamatan Wanea yang dapat ditempuh selama 30 menit dari pusat Kota Manado dengan menggunakan transpotasi darat.

3. Teater Terbuka Taman Kesatuan Bangsa

   Teater Terbuka Taman Kesatuan Bangsa atau biasa disebut TKB merupakan salah satu tempat di mana dilaksanakannya berbagai macam atraksi-atraksi wisata yang bisa ditonton oleh siapa saja. Di antaranya berupa drama yang dipentaskan.
Di taman ini juga kita bisa bersantai melepas lelah sambil menikmati hiburan yang a  di dalam taman tersebut. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan ditempat ini, adalah melihat, mengenal, dan menikmati seni budaya daerah Sulawesi Utara. Terletak di pusat Kota Manado sekitar ± 15 Kilometer dari Bandar Udara Sam Ratulangi Manado. Transportasi menuju taman ini dapat ditempuh dengan angkutan umum seperti Taksi, Mikrolet bahkan kendaraan pribadi.

  "Taman Dan Ornamen Kota"

1. Taman Sparta Tikala

   Sebagai alun-alun Kota Manado karena letaknya didepan Kantor Walikota Manado, taman ini menjadi tempat santai diwaktu malam dari masyarakat sekedar untuk bersantai. Kegiatan wisata yang  dapat dilakukan ditempat ini, yaitu bersantai menikmati alam Kota Manado yang bersih dan indah. Terletak di Kelurahan Tikala Kecamatan Tikala yang dapat ditempuh selama 20 menit dari pusat Kota Manado dengan menggunakan transpotasi darat.

2. Patung Toar Lumimuut

   Nampak indah dan mengagumkan menghiasi wajah Kota Manado di Kelurahan Komo Luar Kecamatan Wenang yang dapat ditempu selama 20 menit dari pusat Kota Manado dengan menggunakan transportasi darat. Patung ini mengingatkan pada sejarah orang Minahasa, yakni seorang putri bernama Karema mengucapkan doa didepan sebuah batu karang. Tiba-tiba batu karang itu terbelah dan keluarlah seorang wanita cantik yang diberi nama Lumimuut, yang artinya tercipta dari batu karang. Setelah melalui suatu upacara, dimana Lumimuut berdiri menghadap arah barat yang sedang berhembus angin kencang, tiba-tiba dia hamil lalu melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Toar. Akhirnya Toar mengawini ibunya Lumimuut dan keturunan mereka hidup sepanjang masa. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan ditempat ini, adalah melihat dan mengenal manusia pertama yang mendiami tanah Malesung atau Minahasa.

4. Patung Dotu Lolong Lasut

   Sangat gagah perkasa berdiri ditengah-tengah Teater Terbuka Taman Kesatuan Bangsa Pusat Kota Manado Kelurahan Wenang Utara Kecamatan Wenang. Dotu Lolong Lasut adalah cikal bakal berdrinya Kota Manado.

5. Patung Dotulolong Lasut 1

   Kegiatan wisata yang dapat dilakukan ditempat ini, adalah melihat, mengenal, dan mengetahui sejarah berdirinya Kota Manado.

6. Patung Ibu Maria Walanda Maramis

   Dibangun dengan sosok wanita asal daerah Sulawesi Utara yang bersifat kepribadian seorang Ibu Sejati Indonesia dan menghiasi wajah Kota Manado di Kelurahan Komo Luar Kecamatan Wenang yang dapat ditempu selama 15 menit dari pusat Kota Manado dengan menggunakan transportasi darat. Ibu Maria Walanda Maramis adalah pelopor pejuang kaum wanita dalam bidang pendidikan di jaman pendudukan Belanda. Ia juga adalah pendiri organisasi PIKAT (Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya). Kegiatan wisata yang dapat dilakukan ditempat ini, adalah melihat, mengenal, dan mengetahui sejarah perjuangan seorang wanita asal Sulawesi Utara di bidang pendidikan.

7. Patung DR. G.S.S.J Ratulangi

   Dengan sangat berwibawa berdiri dipersimpangan Jalan Sam Ratulangi Kelurahan Ranotana Kecamatan Sario yang dapat ditempuh selama 25 menit dari pusat Kota Manado dengan menggunakan transportasi darat. DR. G.S.S.J Ratulangi atau dikenal dengan sebutan Sam Ratulangi lahir pada tanggal 5 Nopember 1890. Putera Minahasa yang meraih Dokter Matematika pertama di Indonesia. Semboyannya yang terkenal, yaitu Sitou Timou Tumou Tou (Manusia Hidup Untuk Menghidupkan Manusia). Kegiatan yang dapat dilakukan ditempat ini, adalah melihat, mengenal, dan mengetahui sejarah seorang pejuang bangsa Indonesia asal Minahasa.

8. Patung Wolter Robert Mongisidi Dan Piere Tendean

   Didirikan sebagai peringatan atas jasa-jasa dua putera yang bersal dari Minahasa, yakni Wolter Robert Mongisidi atau yang akrab disapa Bote putera Bantik Malalayang yang tewas dibunuh regu tembak Belanda di Makassar Sulawei Selatan karena berjuang melawan Belanda ketika itu. Semboyannyanya ialah “Setia Hingga Akhir Dalam Keyakinan”. Kapten Piere Tendean putera Minahasa yang gugur pada peristiwa G 30 S/PKI dalam usahanya mempertahankan Pancasila dan digelari pahlawan revolusi. Terletak di Kelurahah Bahu Kecamatan Malalayang yang dapat ditempuh selama 30 menit dari pusat Kota Manado dengan menggunakan transportasi darat. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan ditempat ini, adalah melihat, mengenal, dan mengetahui sifat patriotrisme (cinta tanah air)  putera asli asal Minahasa.

9. Patung Batalyon Worang

   Terletak di pusat Kota Manado Kelurahan Wenang Utara Kecamatan Wenang. Tugu ini dibangun sebagai peringatan terhadap perjuangan salah satu Batalyon TNI AD (Tentara Naional Indonesia Angkatan Darat) pimpinan Mayor H. V. Worang seorang putera asal Minahasa (Mantan Gubernur Sulawesi Utara) yang ketika itu melakukan pendaratan di Minahasa untuk melawan penjajah. Monumen ini terlihat sangat patriotik dan menggugah semangat juang. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan ditempat ini, adalah melihat, mengenal, dan mengetahui sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah.

10. Gerbang Bobocah

   Bobocah adalah nama sejenis ikan dalam bahasa Manado. Gerbang Bobocah dibangun dipinggiran Kota Manado Kelurahan Malalayang Dua Kecamatan Malalayang yang dapat ditempuh selama 35 menit dari pusat Kota Manado dengan menggunakan transportasi darat. Disamping sebagai batas kota, gerbang Bobocah menjadi tempat wisata dari masyarakat Kota Manado dan sekitarnya karena terletak dipinggir pantai Malalayang Dua. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan ditempat ini, adalah rekreasi pantai, relax dan bersantai.

11. Monumen Yesus Memberkati

   Monumen ini terletak di Kompleks Perumahan Elite Citra Land Kelurahan Winangun Kecamatan Malalayang dengan tinggi sekitar 30 meter. Dapat ditempuh selama 25 menit dari pusat Kota Manado dengan menggunakan transportasi darat. Merupakan tempat wisata religi bagi umat Kristiani.

 SUMBER INFORMASI : http://pesonamdo.wordpress.com/

SEJARAH MINAHASA

Asal Usul Minahasa

Minahasa berasal dari kata MINAESA yang berarti persatuan, yang mana zaman dahulu Minahasa dikenal dengan nama MALESUNG.
Menurut penyelidikan dari Wilken dan Graafland bahwa pemukiman nenek moyang orang Minahasa dahulunya di sekitar pegununggan Wulur Mahatus, kemudian berkembang dan berpindah ke Mieutakan (daerah sekitar tompaso baru saat ini).
Orang minahasa yang dikenal dengan keturunan Toar Lumimuut pada waktu itu dibagi dalam 3 (tiga) golongan yaitu :
  •     Makarua Siow : para pengatur Ibadah dan Adat
  •     Makatelu Pitu : yang mengatur pemerintahan
  •     Pasiowan Telu : Rakyat
Berdasarkan penyelidikan Dr. J.P.G. Riedel, sekitar tahun 670 di Minahasa telah terjadi suatu musyawarah di watu Pinawetengan yang dimaksud untuk menegakkan adat istiadat serta pembagian wilayah Minahasa. Pembagian wilayah minahasa tersebut dibagi dalam beberapa anak suku, yaitu:
  •     Anak suku Tontewoh (Tonsea) : wilayahnya ke timur laut
  •     Anak suku Tombulu : wilayahnya menuju utara
  •     Anak suku Toulour : menuju timur (atep)
  •     Anak suku Tompekawa : ke barat laut, menempati sebelah timur tombasian besar
Pada saat itu  belum semua daratan minahasa ditempati, baru sampai di garisan Sungai Ranoyapo, Gunung Soputan, Gunung Kawatak, Sungai Rumbia. nanti setelah permulaan  abad XV dengan semakin berkembangnya keturunan Toar Lumimuut, dan terjadinya perang dengan Bolaang Mongondow, maka penyebaran penduduk makin meluas keseluruh daerah minahasa. hal ini sejalan dengan perkembangan anak suku sepert anak suku Tonsea, Tombulu, Toulour, Tountemboan, Tonsawang, Ponosakan dan bantik.
Di Minahasa sejak dahulu tidak mengenal adanya pemerintahan yang diperintah oleh raja. Yang ada adalah:
  • Walian :Pemimpin agama / adat serta dukun
  • Tonaas : Orang keras, yang ahli dibidang pertanian, kewanuaan, mereka yang dipilih menjadi kepala walak
  • Teterusan : Panglima perang
  • Potuasan : Penasehat
Dengan lembaran Negara  Nomor 64 Tahun 1919, minahasa di jadikan daerah otonom. Pada saat itu minahasa terbagi dalam 16 distrik : distrik tonsea, manado, bantik, maumbi, tondano, touliang, tomohon, sarongsong, tombariri, sonder, kawangkoan, rumoong, tombasian, pineleng, tonsawang, dan tompaso. Tahun 1925, 16 distrik tersebut dirubah menjadi 6 distrik yaitu distrik manado, tonsea, tomohon, kawangkoan, ratahan, dan amurang.
Sejalan dengan perkembangan otonomi maka tahun 1919, kota Manado yang berada di tanah Minahasa, diberikan pula otonom menjadi Wilayah Kota manado. Kemudian karena kemajuan yang semakin cepat, maka status kecamatan Bitung, berdasarkan Peraturan pemerintah nomor 4 Yahun 1975 Tanggal 10 April 1975 telah ditetapkan menjadi Kota Administratif Bitung, dan selanjutnya pada tahun 1982 ditetapkan menjadi Kota Bitung.
Dalam rangka untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna dalam rentang kendali penyelenggaraan tugas pemerintahan, pelaksanaan pembangunan serta pembinaan dan pelayanan masyarakat usulan pembentukan kabupaten Minahasa Selatan dan Kota Tomohon diproses bersama-sama dengan 25 calon Kabupaten/Kota diseluruh Indonesia, dan setelah melalui proses persetujuan DPR-RI, maka Kabupaten Minahasa Selatan dan Kota Tomohon ditetapkan menjadi Kabupaten dan Kota Otonom di Indonesia melalui UU Nomor 10 tahun 2003 tertanggal 25 Pebruari 2003. Pada tanggal 21 Nopember 2003 dengan UU Nomor 33 Tahun 2003 , Kabupaten Minahasa Utara ditetapkan  menjadi daerah otonom yang baru. Kab. Minahasa Selatan pada tanggal 23 Mei 2007 juga telah memekarkan Kabupaten Minahasa Tenggara.
Dengan adanya Pemekaran tersebut maka wilayah Minahasa menjadi 4 (empat) Kabupaten (Kabupaten Minahasa, Minahasa Selatan, Minahasa Utara, Minahasa Tenggara) dan 3 (tiga) Kota (Kota Manado, Bitung dan Tomohon).

SUMBER INFORMASI : http://www.minahasa.go.id/

SEJARAH KOTA MANADO

 ASAL MULA KOTA MANADO

Nama Kota Manado menurut tutur legenda yang diceritakan berasal dari bahasa Etnik Toutemboan Minahasa yaitu "Manarow” yang artinya "Pergi ke Negeri Jauh". Jikalau seseorang Suku Minahasa asli hendak bepergian ke Manado, maka tetangganya akan menyapanya dalam bahasa daerahnya, "Mange-an isako..??" (Mau kemana engkau..??), maka dia akan menjawab, "Mange-an Manarow atau mau pergi ke tempat negeri yang Jauh". Dalam versi Bahasa Sangir Tua disebutMararau; Marau yang artinya Jauh.
 
Nama lain yg lebih tua untuk Kota Manado adalah “Wenang/Benang”.. Wenang atau Benangitu sendiri adalah Pohon yang banyak tumbuh di pesisir Manado atau biasa disebut Pohon Bahu yg bisa kita jumpai disepanjang Pantai di Bahu Malalayang sampai di Kalasey.
Wenang atau Benang itu sendiri dalam versi Bahasa Sangir Tua adalah “Gahenang/Mahenang”, artinya api yang menyala/ bercahaya/ bersinar(suluh, obor, api unggun).
Dan Kata “Manarow” itu sendiri merujuk pada sebuah Pulau yaitu Pulau Manado Tua.. dimana penghuni Pulau Manado Tua ini adalah Orang-orang dari Etnis Sangir Tua yaitu Etnis Wowontehu/ Bowontehu/ Bobentehu.
Wowontehu/ Bowontehu/ Bobentehu itu berasal dari bahasa Sangir Tua yaitu “Bowong artinya Atas dan Kehu artinya Hutan.. jadi Wowontehu/ Bowontehu/ Bobentehu adalah sebuah Kerajaan yg terletak diatas Hutan yg Rajanya disebut Kulano.
Kemudian pada sekitaran abad 14-15, kaum Wowontehu/ Bowontehu/ Bobentehu itu melakukan perpindahan ke daratan tanah Minahasa.. Perpindahan dilakukan dengan menggunakan perahu (Bininta), melalui tempat yg bernama "Tumumpa di Tuminting Manado Utara" dlm bahasa Sangir yg artinya "Turun sambil melompat,kemudian menetap di Singkil berasal dari bahasa Sangir Tua disebut "Singkile artinya pindah/menyingkir."
Mereka menyebar sampai ke Pondol yg dalam bahasa Sangir disebut Pondole artinya di Ujung. (Pondol sekarang berada dikawasan Mega Mall Manado).
Tuturan versi lainnya juga mengatakan bahwa pada sekitar tahun 1600 Etnis Wowontehu/ Bowontehu/ Bobentehu, mereka beralih ke daratan Minahasa diteluk Manado, disebelah Selatan Sungai Tondano kira-kira di Wilayah Calaca sekarang., dan Penghunian pertama ini merupakan inti kota Manado sekarang dan menjadi Negeri Baru sebab pada waktu itu Kota Manado tidak identik dgn Wenang, akan tetapi Negeri Manado sampai kira-kira Tahun 1830 hanya merupakan sebagian dari Calaca Barat dan wilayah Pelabuhan Manado dan sebelah Utara dari Pasar 45 sekarang.
Oleh sebab itu diseputaran wilayah Calaca, Pelabuhan dan Pasar 45 dari dulu disebut “Bendar” atau “Bandar” atau “Pelabuhan” yaitu tempat Orang-orang dari Minahasa dan Sangir Tua, dan juga para pendatang lainnya seperti Etnis Tionghoa, Arab, Gorontalo dan Bolmong melakukan Barter Dagang.
Ada kemungkinan bahwa istilah atau sebutan "Mange-an isako..??" (Mau kemana engkau..??), ketika ada Orang bertanya pada tetangganya yg mau turun ke Kota Manado maka dia akan menjawab, “Mange-an Manarow” itu terjadi didaerah / wilayah ini ketika Orang-orang dari Gunung mau turun melakukan Barter Dagang di Kota Manado.
Orang-orang Gunung ini atau Etnis Minahasa yg tinggal di Pegunungan ini oleh kaum dari Wowontehu/ Bowontehu/ Bobentehu atau Orang Sangir Tua disebut “Tou Kaporo atau Orang Gunung”.
Interaksi antara Sub-sub Etnis Minahasa pada Zaman dahulu dimana Etnis Wowontehu/ Bowontehu/ Bobentehu dan Bantik adalah bagian di dalamnya sudah terjadi pada Abad-abad sebelumnya.
Deklarasi di Watu Pinabetengan menandai awal pembagian Tanah Adat bagi Etnis-etnis Minahasa tersebut dimana Etnis Tounsea, Toumbulu, Tountemboan, Toulour, Tounsawang, Pasan,Panosakan mendiami Daratan Minahasa, Etnis Bantik mendiami wilayah pesisir Kota Manado dan Etnis Wowontehu/ Bowontehu/ Bobentehu mendiami Pulau Manado Tua, Pulau Siladen, Pulau Bunaken, Pulau Mantehage, Pulau Nain, Pulau Talise, Pulau Gangga, Pulau Bangka dan Pulau Lembeh serta daerah pesisir Daratan Minahasa lainnya.
 
Nama “Manado” mulai digunakan pada tahun 1623 menggantikan nama “Pogidon” atau “Wenang”. Kata Manado sendiri berasal dari bahasa daerah Minahasa yaitu Mana rou atau Mana dou yang dalam bahasa Indonesia berarti “di jauh”. Pada tahun itu juga, tanah Minahasa-Manado mulai dikenal dan populer di antara orang-orang Eropadengan hasil buminya. Hal tersebut tercatat dalam dokumen-dokumen sejarah.
Tahun 1658VOC membuat sebuah benteng di Manado. Sejarah juga mencatat bahwa salah satu Pahlawan Nasional Indonesia, Pangeran Diponegoro pernah diasingkan ke Manado oleh pemerintah Belanda pada tahun 1830. Biologiwan Inggris Alfred Wallace juga pernah berkunjung ke Manado pada 1859 dan memuji keindahan kota ini.
Keberadaan kota Manado dimulai dari adanya besluit Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 1 Juli 1919. Denganbesluit itu, Gewest Manado ditetapkan sebagai Staatsgemeente yang kemudian dilengkapi dengan alat-alatnya antara lain Dewan gemeente atau Gemeente Raad yang dikepalai oleh seorang Walikota (Burgemeester). Pada tahun 1951,Gemeente Manado menjadi Daerah Bagian Kota Manado dari Minahasa sesuai Surat Keputusan Gubernur Sulawesitanggal 3 Mei 1951 Nomor 223. Tanggal 17 April 1951, terbentuklah Dewan Perwakilan Periode 1951-1953 berdasarkan Keputusan Gubernur Sulawesi Nomor 14. Pada 1953 Daerah Bagian Kota Manado berubah statusnya menjadi Daerah Kota Manado sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 42/1953 juncto Peraturan Pemerintah Nomor 15/1954. Tahun 1957, Manado menjadi Kotapraja sesuai Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957. Tahun 1959, Kotapraja Manado ditetapkan sebagai Daerah Tingkat II sesuai Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959. Tahun 1965, Kotapraja Manado berubah status menjadi Kotamadya Manado, yang dipimpin oleh Walikotamadya Manado KDH Tingkat II Manado sesuai Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 yang disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974.
Hari jadi Kota Manado yang ditetapkan pada tanggal 14 Juli 1623, merupakan momentum yang mengemas tiga peristiwa bersejarah sekaligus yaitu tanggal 14 yang diambil dari peristiwa heroik yaitu peristiwa Merah Putih 14 Februari 1946, dimana putra daerah ini bangkit dan menentang penjajahan Belanda untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia, kemudian bulan Juli yang diambil dari unsur yuridis yaitu bulan Juli 1919, yaitu munculnyaBesluit Gubernur Jenderal tentang penetapan Gewest Manado sebagai Staatgemeente dikeluarkan, dan tahun 1623yang diambil dari unsur historis yaitu tahun dimana Kota Manado dikenal dan digunakan dalam surat-surat resmi. Berdasarkan ketiga peristiwa penting tersebut, maka tanggal 14 Juli 1989, Kota Manado merayakan HUT-nya yang ke-367. Dan sejak saat itu hingga sekarang tanggal tersebut terus dirayakan oleh masyarakat dan pemerintah Kota Manado sebagai hari jadi Kota Manado.
 
Kota ini juga pernah mengalami kerusakan berat karena peperangan yaitu ketika pada masa Perang Dunia II, dan ketika dibom kembali oleh TNI Angkatan Udara pada 1958 dalam upaya mengalahkan Permesta, sebuah gerakan pemberontakan yang menghendaki pemisahan dari Republik Indonesia. 

SUMBER INFORMASI : http://manadokota.go.id/home

SEJARAH SULAWESI UTARA

 SEJARAH "SULAWESI UTARA"

Provins Sulawesi Utara mempunyai latar belakang sejarah yang cukup panjang sebelum daerah yang berada paling ujung utara Nusantara ini menjadi Provinsi Daerah Tingkat I. Pada permulaan Kemerdekaan Republik Indonesia, daerah ini berstatus Keresidenan yang merupakan bagian dari Provinsi Sulawesi. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 1960 Provinsi Sulawesi dibagi menjadi dua bagian iaitu, Provinsi Sulawesi Selatan-Tenggara dan Provinsi Sulawesi Utara-Tengah. Gabenor pertama Provinsi Sulawesi Utara-Tengah adalah MR. A.A. Baramuli dan Wakil Gabenor Latkol F.J. Tumbelaka. Wilayah Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Utara-Tengah adalah Kotapraja Manado, Kotapraja Gorontalo, dan delapan Daerah Tingkat II masing-masing Sangihe Talaud, Bolaang Mongondow, Minahasa, Gorontalo, Buol Toli-Toli, Donggala, Poso dan Luwuk/Banggai. Pada tanggal 23 September 1964, di saat Pemerintah Republik Indonesia memberlakukan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964 yang menetapkan perubahan status Daerah Tingkat I Sulawesi Utara-Tengah dengan menjadikan Sulawesi Utara sebagai Daearh Otonom Tingkat I, dengan Manado sebagai Ibukotanya. Sejak saat itu, secara de facto Daerah Tingkat I Sulawesi Utara membentang dari Utara ke Selatan Barat Daya, dari Pulau Miangas ujung utara di Kabupaten Sangihe Talaud sampai Molosipat di bagian Barat Kabupaten Gorontalo.

Dalam perjalanan panjang sampai dengan Tahun 2000, Wilayah Administrasi Provinsi Sulawesi Utara terdiri dari 5 Kabupaten dan 3 Kotamadya, iaitu : Kabupaten Minahasa, Bolaang Mongondow, Gorontalo, Sangihe dan Talaud, Boalemo serta Kotamadya Manado, Bitung dan Gorontalo.

Selanjutnya seiring dengan Nuansa Reformasi dan Otonomi Daerah, maka telah dilakukan pemekaran wilayah dengan terbentuknya Provinsi Gorontalo sebagai hasil pemekaran dari Provinsi [Sulawesi Utara malalui Undang-Undang No. 38 Tahun 2000. Pada tahun 2002 dan 2003 Provinsi Sulawesi Utara ketambahan Kabupaten Talaud berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 2002 yang merupakan hasil pemekaran Kabupaten Sangihe dan Talaud dan Undang-Undang Kabupaten Minahasa Selatan dan Kota Tomohon berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 2003 serta berdasarkan Undang-Undang No. 33 Tahun 2003 terbentuk juga Kabupaten Minahasa Utara. Ketiga daerah tersebut adalah hasil pemekaran Kabupaten Minahasa. Akibat adanya pemekaran Provinsi Gorontalo dan ketambahan Kabupaten dan Kota, maka Provinsi Sulawesi Utara menjadi delapan wilayah administrasi Kabupaten/Kota, masing-masing :